Tibiame Versi Newa Chapter 6 1

Chapter 6 Sebuah Pertanda Aneh (Max Yang aneh)

Situasi dalam kapal begitu(benar-benar), mengenaskan

Kabut hitam tebal, telah menguasai seluruh kapal, dan di dalam kabut itu. Bayangan-bayangan besar, yang ternyata adalah bayangan anjing-anjing cokelat(warnanya) berkepala tiga yang (sangat) menyeramkan.

Seluruh tempat(kapal) telah di kuasai oleh mereka, kecuali, beberapa tempat yang bersifat 'sedikit' rahasia.

Dengan tubuh yang sedikit gemetar dan wajah yang masih putih(pucat). Newa, bersembunyi di balik dinding, dia berusaha untuk kembali ke kamarnya, karena, satu-satunya senjata yang dimilikinya ada disana.

Dengan hati-hati, dia memperhatikan sekelilingnya. Setelah yakin tempat itu (cukup) aman, dia mulai berpindah-pindah dari satu dinding ke dinding lainnya [seperti pencuri di tengah malam(bercanda)] dengan hati-hati.

Setiap ada bayangan anjing yang terlihat, dia akan dengan cepat berusaha untuk bersembunyi.

Dan dengan cara itu, dia berhasil sampai ke kamarnya.

Dia menghembuskan napas lega, karena tempat itu masih belum tersentuh 'air liur' anjing yang berlendir [erm, jangan di bayangin], tapi walaupun begitu, dia tidak menurunkan kehati-hatiannya.

Sampai di kamarnya, dia menarik sebuah kotak dari bawah tempat tidurnya. Membukanya, dia menghembuskan napas lega.

"Masih di sini" bisiknya, terdengar sedikit lega, sambil melihat ke arah 'isi' kotak itu, yang adalah sebuah tongkat merah kecil, bernama, 'chilly stick' tongkat, penyihir level 0 berelement api.

Mengambil dan memegang tongkat itu, Newa keluar dari kamarnya.

Meninggalkan kamarnya, dia kembali mengendap-endap seperti bagaimana saat dia datang.

*dbam*

Langit-langit diatasnya tiba-tiba runtuh, dan dia hampir di timpa seandainya dia tidak melompat dengan cepat.

"Ha-hampir saja" bisiknya agak tegang, sambil mengusap keringat di dahinya. Saat dia merasa sedikit lega, dia tiba-tiba menyadari sesuatu.

Di depannya, dari reruntuhan langit-langit itu, tiba-tiba terdengar sebuah geraman yang, yang bisa bikin bulu kuduk orang berdiri.

Setelah asap [apa namanya, yang, kan saat langit-langit itu jatuh ada asap, nah yang itu, bayangin aja] bekas langit-langit itu menghilang, dari dalam asap [yang ini, asap(kabut) yang menguasai kapal] dia dapat melihat, bayangan besar anjing berkepala tiga, muncul dari sana.

**

Krup, dengan hanya satu tangannya yang tersisa, berdiri, sendiri di tempat itu.

Melihat sekelilingnya dia menampakkan wajah dingin dan sedih. Mayat-mayat, dari para anak buahnya, para temannya, berserakan bagaikan sampah yang tak di pedulikan.

Dia menggeram, sangat marah.

Perjalanan, yang seharusnya hampir sampai dan aman-aman saja....

Sekarang, kapalnya, krunya, penumpangnya, semuanya...

Dia menggenggam erat pedang di tangannya yang hanya ada satu yang masih tersisa.

Ini semua adalah kesalahannya!

Hanya karena ramalan mengatakan, tidak akan terjadi badai (apa-apa). Dia menghilangkan kekhawatirannya, dan tidak melakukan persiapan yang lebih matang.

Dia... Karena kelalaiannya... Semuanya...

Ini adalah laut Aurea.

Sebuah pikiran aneh tiba-tiba masuk ke kepala (pikiran) Krup, dia melihat ke arah 'mayat' para anjing-anjing dan Demon di sekitarnya.

Dan dia merasa hatinya mendingin.

Lessaka, dia, memasuki laut Aurea, dan...

Dia melihat ke arah kejauhan.

Kenapa tidak ada tanda-tanda 'bantuan'...

Sedang mereka, berada di laut Aurea?

**

Dengan wajah (bahkan tubuhnya) yang sangat pucat, Newa bersembunyi di balik sebuah dinding.

Dia menggenggam tongkatnya dengan erat.

Anjing berkepala tiga itu, sekarang hanya memiliki satu kepala yang tersisa, darah segar menetes dari kedua kepalanya yang hilang, membuatnya menggeram kesakitan.

Tapi, walaupun begitu, makhluk itu tetap berjalan, mencari, mengendus-endus, dan tampaknya sangat marah.

Dengan sabar, Newa menunggu, menunggu. Dia menutup matanya, lalu dengan hati-hati, merasakan sekelilingnya sambil mengalirkan mana pada tongkatnya.

"Sebentar lagi..."

Tepat pada saat itu, Newa merasakan (melihat) sesuatu di tempat yang agak jauh dari dirinya.

Sedikit terkejut, Newa, sedikit memusatkan perhatiannya kesana, dan melihat, manusia. Atau, lebih tepatnya 'mayat manusia' dan, diatasnya...

Newa menutup mulutnya, itu adalah pemandangan yang tidak akan pernah dia lupakan.

Anjing berkepala tiga, tengah menyantap...

Newa merasakan sesuatu di perutnya, menuntut untuk di keluarkan, dia merasakan mual yang hebat, sehingga dia melupakan sesuatu.

Di dekatnya, anjing, yang kepalanya hanya tinggal satu itu, kini telah membuka mulutnya. Bersiap, seperti temannya untuk menerima(memakan) santapannya.

*bham* sebuah api, menghantam, dan membakar (kepala) makhluk itu, mulai dari mulutnya yang terbuka.

Merasakan panas di sekelilingnya, Dengan kaku Newa mengangkat kepalanya dan menemukan seorang laki-laki kurus, dengan rambut kuning dan wajah pucat, memandang ke ayahnya dengan tenang.

"…Max" panggil Newa dengan lemah dan dia jatuh ke atas lututnya.

Perasaan yang tadi sempat di tahannya, tidak lagigi dapat ditahan. Dia menunduk, dan mulai mengeluarkan… [jangan di bayangin]

Max, berdiri dalam diam. Dia melihat ke arah anjing di kejauhan dengan wajah tenang, sangat tenang sampai itu mengerikan.

Setelah beberapa saat dia menutup matanya. Dan melihat ke arah Newa.

"…kau bisa berjalan?" tanyanya dengan tenang.

Newa, mengangkat kepalanya dan mengangguk dengan lemah.

Max, mengangguk, lalu mengisyaratkan untuk mengikutinya.

Dengan lemah, Newa berdiri, dan lalu mengikuti Max dalam diam.

Tiba-tiba, Max berbalik dan menendang Newa.

Tidak dapat menghindar Newa, terlempar cukup jauh. Tidak mengerti apa yang terjadi Newa mengangkat kepalanya dan menemukan.

Dari ujung lorong arah mereka berjalan. Sebuah makhluk merah, dengan dua buah tanduk besar, dan api, untuk setiap beberapa detik keluar dari 'dirinya' mengelilingi seluruh tubuhnya, berdiri disana.

"Hhakhahfa" dia mengeluarkan suara aneh yang sepertinya tertawa, api keluar dari hidung dan mulutnya.

"…aku tidak menyukainya, tapi…larilah…dan juga, Newa. Aku senang telah mengenalmu." kata Max tanpa emosi, dan tak dapat di ketahui apakah dia jujur atau tidak.

Newa, terdiam. Lalu dengan agak kesal, dia berdiri, tubuhnya terasa lemah, tapi, dia melihat ke arah Max.

"…larilah, aku yang akan menghadang makhluk itu"

"…baiklah, selamat tinggal. Dan juga Newa, aku senang telah mengenalmu" kata Max menepuk bahu Newa lalu pergi begitu saja.

Shok, Newa melihat ke arah punggung Max yang sedikit demi sedikit, menghilang dalam kabut hitam.

"Khahafwahafkha" tiba-tiba makhluk itu mengeluarkan suara aneh yang sepertinya, sedang tertawa.

Dan secara mengejutkan, makhluk itu menghilang. Dan Ron, muncul dari tempatnya.

Bersambung

Chapter 5 | Chapter 7

Yauh, akhirnya jadi juga, Chapter 6.

Dan karena ada waktu, aku buatnya sedikit lebih panjang (dari Chapter sebelumnya), mumpung yang punya HP belum, hehehe.

Ngomong-ngomong, aku buat Chapter ini Bener-bener Ngarang, yaah sebenarnya sih, semuanya emang ngarang.

Tapi maksudku ngarang itu, bener-bener ngarang, mungkin, ini bahkan agak bertentangan dengan Chapter sebelum-sebelumnya. Yaah, seperti itulah.

Ngomong-ngomong lagi, hobi 'nulis' itu mengerikan ya? Apalagi kalau gak punya alat tulis, kayak HP misalnya. Maksudku bukan orang lain tapi aku, ahem. Udah minjem, malas balikan lagi… ahem.

Nah dan itulah, Tibiame Versi Newa Chapter 6

0 Response to "Tibiame Versi Newa Chapter 6 1"

Post a Comment