Tibiame Versi Newa Chapter 5

Chapter 5 Kegelapan Yang Bersembunyi (Tujuanku Sebagai Penyihir)

Ini sebelum kejadian di aula.

Dengan wajah serius, Krup, memimpin anak buahnya, untuk membelokkan, menghindari, dan menjauhkan kapal dari awan hitam yang terlihat seperti terus mendekat, dengan caranya sendiri.

"Kibaskan dengan lebih keras! Bodoh!" teriaknya pada anak buahnya yang warrior(kesatria) yang kini tengah memegang, mengibaskan, kipas yang sangat besar, bersama.

"Horrah!!" teriak mereka dengan semangat yang lebih mirip dengan jeritan kesengsaraan.

Tanpa mempedulikan anak buahnya yang sedang semangat-semangatnya mengibaskan kipas raksasa, Krup mengangguk pada mereka, anak buahnya yang adalah penyihir.

Perbedaan sifatnya begitu jelas, tapi tidak ada yang berani mengeluh.

Mengambil teropongnya, Krup, melihat ke arah awan itu dan, terkejut.

"Awannya hilang?" bingung Krup melepas teropongnya.

"Kapten!! Lihat di atas!!!" teriak seorang kru yang adalah warrior dengan liar, menunjuk-nunjuk melepaskan kipasnya, membuat semua temannya kehilangan keseimbangan dan terkapar rebah (dengan anehnya kipas itu ada di atas mereka).

Tanpa peduli dengan anak buahnya sama sekali Krup mendongak dan.

*dhuar* petir hitam menyambar dan jatuh tepat [di wajahnya(bercanda)] di dekat layar dan asap(kabut) hitam mulai menyebar dari sana.

Krup, yang sedikit terkejut, dari semua anak buahnya adalah yang pertama yang tersadar.

"...inferno" katanya dingin. Dan api yang hebat sekali nyalanya mulai menyebar dari sekitar tubuhnya hampir membakar seluruh anak buahnya, tapi secara ajaib api itu tidak menyentuh mereka sama sekali.

Hanya sekejap api itu menghilang bersama dengan asap(kabut) itu bersamanya, menunjukkan sesosok Lich dengan pakaian, dan mahkota, yang hitam legam, membawa tongkat hitam panjang di tangannya berdiri, tepat di atas layar.

[gak tau nulisnya gimana, gini, bayangin, yaah, kan biasanya di layar-layar(aku gak tau juga ini sebutnya apa) kapal itu, ada kayu yang... Pokoknya bayangin lah, dan]

Melihat Lich itu, wajah Krup berubah "...Lessaka!" panggilnya dengan suara yang dalam(dingin) kepada Lich yang di atasnya itu.

Tanpa menoleh, Lessaka mengangkat tongkatnya dan mulai merapalkam mantra, yang di awali dengan
"Atas nama Hellmarzaz..."

Dan anjing-anjing berkepala tiga muncul dalam jumlah yang besar.

"Cerberus!!!" teriak seorang kru tiba-tiba dengan wajah kuning saking takutnya.

"...Tidak, itu hanya tiruan" Kata Krup tiba-tiba, menenangkan anak buahnya yang kuning, dan tapi juga menenangkan dirinya.

"Dia bukan Lessaka yang sebenarnya! Kita masih punya kesempatan!! Angkat pedang kalian, siapkan jampi kalian!!! Horrah!!!" teriak Krup sambil mengangkat pedangnya dan menjadi orang yang pertama yang berlari menuju langsung ke tempat Lessaka.

Tapi tiba-tiba, dua Lessaka lain muncul dari samping Lessaka yang di tengah dan bagaikan petir, menyambar langsung ke dalam kapal.

"Sial! Amankan anak-anak!!" teriak Krup pucat, tapi.

"Atas nama Hellmarzaz, aku panggil kau, Demon" rapal Lessaka menyeramkan, dan Tiga (buah) demon, muncul dengan asap hitam sebagai pembawanya(muncul dari dalam asap hitam) dengan api mengelilingi tubuh merah mereka.

**

Newa, yang tadinya sempat terkejut karena hantakan tiba-tiba, telah berhasil menenangkan diri.

Keluar dari dalam toilet, Newa menemukan, asap hitam tebal, telah memenuhi kapal.

Newa berhenti, dan seperti menyadari sesuatu, wajahnya memucat.

"Serangan! Tapi bagaimana bisa! Kita sudah ada di laut Area!" Pikirnya terkejut banget.

Tiba-tiba, sebuah makhluk berbulu dengan panci di kepalanya datang, berlari dari dalam kabut.

Secara insting, Newa mundur satu langkah, dan memperhatikan makhluk di depannya yang ternyata adalah Sileh.

"T-tuan Sileh!" Panggilnya merasa sedikit lega.

"M-m-m-monster" kata Sileh dengan terbata-bata.

"Ha? Monster!" Ulang Newa dengan pucat.

"M-m-mereka sudah menguasai kapal" kata Sileh gemetaran, membuat semua bulu di tubuhnya bergetar.

"Menguasai..." ulang Newa, dan tiba-tiba seperti menyadari sesuatu "Bagaimana, bagaimana dengan, dengan..." dia tidak dapat melanjutkan kata-katanya.

"Mereka mati! Mati!! Itu adalah 'tentara kegelapan' yang kejam! Mereka pasti (akan) mati!!" teriak Sileh, menggema karena panci di kepalanya.

"!!!" meskipun sudah dapat menebak jawaban itu, tapi mendengarnya secara langsung…

Tubuhnya gemetar, wajahnya yang pucat, tampak semakin pucat.

"Aku, aku harus kembali, ya, benar, aku harus kembali" bisiknya dengan gemetar pada diri sendiri.

"Kembalilah! Kembali! Aku tidak peduli!! Lagi pula kau juga akan tetap mati!!!" teriak Sileh tiba-tiba sambil menggoyangkan-menggoyangkan badannya yang besar dan berbulu.

Newa melihat ke arah Sileh yang kini semakin menggila.

"Aku tidak akan kembali! Tidak akan! Mereka hanya mengejekku, membicarakanku di belakangku karena memiliki tubuh berbulu! Aku harap mereka semua mati! Dan aku harap kau juga mati karena melihat tubuhku! Pergilah! Dan mati!!! Aku tidak perduli!!! Dan,dan,dan jangan melihat ke belakang, lagi!!!!" teriakan Sileh karena ada panci di kepalanya, menjadi sangat aneh.

Dan untuk beberapa alasan, itu sedikit menenangkan Newa.

Newa menarik napas pelan, dan melihat ke arah Sileh dengan sedikit, kasihan.

"Fhuuuh, tuan Sileh, aku, ingin menjadi penyihir, karena, untuk, ingin, melindungi orang di dekatku. Menjadi penyihir tidak akan berguna, dan tidak akan ada gunanya kalau aku tidak dapat mencapai itu. Dan 'tentara kegelapan', ak-aku tidak akan takut hanya karena itu, i-itu tidak akan menghentikan langkahku"

Kata Newa terbata-bata mencoba untuk menjelaskan tentang 'ideal'nya, tapi karena dia bukanlah orang yang pandai berkomunikasi, dia tidak tau bagaimana menjelaskannya dengan 'kata yang indah'.

Dia kembali melihat ke arah Sileh, kembali menampakkan wajah kasihan.

Lalu dia berjalan, dan tanpa berbalik. Dia mengatakan.

"...dan aku, tidak akan malu, hanya karena tubuh berbulu." katanya lalu berlari, meninggalkan Sileh yang berdiri, terpaku di tempatnya.

Karena ada panci di kepalanya, ekspresinya tidak dapat di lihat, dia memegang bulu di tubuhnya. Lalu tanpa kata, berjalan, masuk, dan lalu mengunci pintu toilet.

Bersambung

Chapter 4 | Chapter 6.1 | Chapter 6.2

Yaah, jadi juga Chapter 5 akhirnya.

Ngomong-ngomong aku Newa Almukhta, boing-boing, itu yang aku dengar di film (anime) Shokugeki no Soma yang episode berapa itu, ahem.

Nah, Chapter ini sama yang, Chapter sebelumnya, sedikit lebih panjang dari Chapter pertama itu, yaah, walaupun, kalo di banding-bandingkan dengan tulisan mereka yang ahli, ini masih, gak ada apa-apanya, tapi yaah adalah sedikit perkembangan ya? Panjang(tulisan)nya maksudku.

Dan haa, aku pengen rubah itu halaman 'tentang' yang ternyata, aneh banget pas dibaca lagi.

Haa, tapi sama kayak, merubah tema(template), aku juga gak bisa rubah itu, soalnya, aku ngeblog paket aplikasi, dan, HP, juga bukan penyaku.... Ahem.

Nah itulah Chapter 5 silahkan dinikmati dan kalo mau dimakan aja kalo bisa, biar tau gimana rasanya sekalian.

Sekali lagi aku Newa Almukhta, bye.

0 Response to "Tibiame Versi Newa Chapter 5"

Post a Comment