Tibiame Versi Newa Chapter 6 2

Chapter 6.2 Sebuah Pertanda Aneh (Hati Yang Risah)

Situasi dalam kapal begitu(benar-benar), mengenaskan

Kabut hitam tebal, telah menguasai seluruh kapal, dan di dalam kabut itu. Bayangan-bayangan besar, yang ternyata adalah bayangan anjing-anjing cokelat berkepala tiga samar-samar dapat terlihat.

Seluruh tempat (kapal) telah di kuasai oleh mereka, kecuali, beberapa tempat yang bersifat 'sedikit' rahasia.

Dengan tubuh yang sedikit gemetar dan wajah yang masih putih(pucat). Newa, bersembunyi di balik dinding, dia berusaha untuk kembali ke kamarnya, karena, satu-satunya senjata yang dimilikinya ada disana.

Dengan hati-hati, dia memperhatikan sekelilingnya. Setelah yakin tempat itu (cukup) aman, dia mulai berpindah-pindah dari satu dinding ke dinding lainnya [seperti pencuri di tengah malam(bercanda)] dengan hati-hati.

Setiap ada bayangan anjing yang terlihat, dia akan dengan cepat berusaha untuk bersembunyi.

Dan dengan cara itu, dia berhasil sampai ke kamarnya.

Dia menghembuskan napas lega, karena tempat itu masih belum tersentuh 'air liur' anjing yang berlendir [erm, jangan di bayangin], tapi walaupun begitu, dia tidak menurunkan kehati-hatiannya.

Sampai di kamarnya, dia menarik sebuah kotak dari bawah tempat tidurnya. Membukanya, dia menghembuskan napas lega.

"Masih di sini" bisiknya, terdengar sedikit lega, sambil melihat ke arah 'isi' kotak itu, yang adalah sebuah tongkat merah kecil, bernama, 'chilly stick' tongkat, penyihir level 0 berelement api.

Mengambil dan memegang tongkat itu, Newa keluar dari kamarnya.

Meninggalkan kamarnya, dia kembali mengendap-endap seperti bagaimana saat dia datang.

*dbam*

Langit-langit diatasnya tiba-tiba runtuh, dan dia hampir di timpa seandainya dia tidak melompat dengan cepat.

"Ha-hampir saja" bisiknya agak tegang, sambil mengusap keringat di dahinya. Saat dia merasa sedikit lega, dia tiba-tiba menyadari sesuatu.

Di depannya, dari reruntuhan langit-langit itu, tiba-tiba terdengar sebuah geraman yang, yang bisa bikin bulu kuduk orang berdiri.

Setelah asap [apa namanya, yang, kan saat langit-langit itu jatuh ada asap, nah yang itu, bayangin aja] bekas langit-langit itu menghilang, dari dalam asap [yang ini, asap(kabut) yang menguasai kapal] dia dapat melihat, bayangan besar anjing berkepala tiga, muncul dari sana.

**

Krup, dengan hanya satu tangannya yang tersisa, berdiri, sendiri di tempat itu.

Melihat sekelilingnya dia menampakkan wajah dingin dan sedih. Mayat-mayat, dari para anak buahnya, para temannya, berserakan bagaikan sampah yang tak di pedulikan.

Dia menggeram, sangat marah.

Perjalanan, yang seharusnya hampir sampai dan aman-aman saja....

Sekarang, kapalnya, krunya, penumpangnya, semuanya...

Dia menggenggam erat pedang di tangannya yang hanya ada satu yang masih tersisa.

Ini semua adalah kesalahannya!

Hanya karena ramalan mengatakan, tidak akan terjadi badai (apa-apa). Dia menghilangkan kekhawatirannya, dan tidak melakukan persiapan yang lebih matang.

Dia... Karena kelalaiannya... Semuanya...

Ini adalah laut Aurea.

Sebuah pikiran aneh tiba-tiba masuk ke kepala (pikiran) Krup, dia melihat ke arah 'mayat' para anjing-anjing dan Demon di sekitarnya.

Dan dia merasa hatinya mendingin.

Lessaka, dia, memasuki laut Aurea, dan...

Dia melihat ke arah kejauhan.

Kenapa tidak ada tanda-tanda 'bantuan'...

Sedang mereka, berada di laut Aurea?

**

Dengan wajah (bahkan tubuhnya) yang sangat pucat, Newa bersembunyi di balik sebuah dinding.

Dia menggenggam tongkatnya dengan erat.

Anjing berkepala tiga itu, sekarang hanya memiliki satu kepala yang tersisa, membuatnya tidak lagi bernama anjing kepala tiga tapi satu ya?.

Dia menggeram kesakitan, tapi, walaupun begitu, makhluk itu tetap berjalan, mencari, mengendus-endus, dan tampaknya sangat marah.

Dengan sabar, Newa menunggu, menunggu. Dia menutup matanya, lalu dengan hati-hati, merasakan sekelilingnya sambil mengalirkan mana pada tongkatnya.

"Sebentar lagi..."

Anjing itu menemukan Newa, menggeram anjing itu melompat ke arahnya.

Tongkat di tangan Newa, mulai mengeluarkan cahaya merah dan, secara ajaib bola api kecil terbentuk di ujungnya. Tanpa ragu, Newa mengarahkan tongkat itu kearah kepala makhluk itu yang hanya masih tinggal satu yang tersisa.

Bola api itu terlempar dan mengarah tepat ke dalam mulut makhluk itu yang terbuka, dan karena mereka terlalu dekat. Makhluk itu tidak dapat menghindar, kepalanya terbakar seketika.

Tapi sebelum makhluk itu mati dia sempat melayangkan serangan akhir menggunakan cakar(kuku)nya yang tajam, yang hampir mengenai Newa seandainya dia tidak mengangkat tongkatnya dengan cepat.

Tapi walaupun begitu, Newa tetap terlempar menghantam dinding dengan keras dan tongkat di tangannya tidak lagi dapat digunakan, karena tongkat itu retak sangat parah dan terlihat akan hancur kapan saja.

"Kuh!" erang Newa, berusaha berdiri, dia menaruh satu tangannya di dinding sambil melihat ke arah 'mayat' makhluk yang sudah melemparkannya itu.

Merasakan sakit di punggungnya, Newa sedikit menutup matanya. Lalu menghembuskan napas pelan.

"…itu tadi hampir saja" batinnya melihat tongkat yang sudah retak dan hampir hancur di tangannya "…sekarang aku tidak lagi dapat menggunakannya"

Setelah sedikit ragu Newa memutuskan untuk tidak lagi membawanya.

Menarik napas dalam-dalam, Newa kembali teringat dengan teman-temannya, dia mengepalkan tangannya dengan erat. Sampai sejauh ini dia tidak bertemu dengan satupun orang selain Sileh di toilet.

Bersambung

Sebelumnya | Selanjutnya

0 Response to "Tibiame Versi Newa Chapter 6 2"

Post a Comment